Kecerdasan Buatan (AI) adalah jalan menuju Superintelligence. Tanpa pengembangan AI di level dasar dan menengah, Superintelligence tidak mungkin terwujud. Namun, semakin tinggi level AI, semakin besar pula potensi manfaat dan risiko yang harus dikelola manusia.
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) secara umum dibagi ke dalam tiga tingkatan: Narrow AI, General AI, dan Superintelligence.
- Narrow AI
Narrow AI atau sering disebut juga Weak AI adalah jenis kecerdasan buatan yang dirancang untuk melakukan satu tugas tertentu dengan sangat baik, tetapi tidak bisa melampaui batas fungsi yang sudah diprogramkan. Ini adalah bentuk AI yang paling umum digunakan saat ini hanya bisa mengerjakan satu tugas spesifik. Contohnya Siri, Google Translate, Chatbot Customer Service, atau sistem rekomendasi YouTube. AI jenis ini pintar dalam satu hal, tetapi terbatas pada aturan dan data yang sudah diprogram, sehingga tidak bisa beradaptasi di luar lingkup tugasnya. - General AI (AGI)
Berada satu tingkat lebih tinggi, General AI dirancang agar mampu memahami, belajar, dan mengerjakan berbagai tugas layaknya manusia. General AI atau disebut juga Artificial General Intelligence (AGI) Berbeda dengan Narrow AI yang hanya fokus pada satu tugas, AGI bisa memahami dan mengerjakan berbagai tugas lintas bidang tanpa harus diprogram ulang dari nol. AGI memiliki fleksibilitas lintas bidang, misalnya sebuah robot yang bisa berbicara dengan manusia, lalu belajar memasak, membersihkan rumah, bahkan menyelesaikan persoalan baru tanpa diajarkan dari nol. Teknologi ini masih dalam tahap penelitian dan pengembangan, belum benar-benar terwujud. - Superintelligence
Superintelligence adalah tingkat kecerdasan buatan (AI) yang melampaui kecerdasan manusia dalam semua aspek, mulai dari logika, kreativitas, kemampuan analisis, hingga kesadaran diri.Jika Narrow AI hanya pintar di satu tugas, dan General AI (AGI) mampu berpikir seperti manusia, maka Superintelligence berada jauh di atas manusia—mampu membuat keputusan, menciptakan inovasi, bahkan mungkin memiliki intuisi dan kesadaran yang lebih dalam. Di puncak tertinggi ada Superintelligence, yaitu kecerdasan buatan yang melebihi manusia dalam segala aspek: logika, kreativitas, analisis, bahkan kesadaran diri. Berbeda dengan AGI yang masih bekerja berdasarkan arahan manusia, Superintelligence diproyeksikan mampu mengambil keputusan secara mandiri, dengan kemampuan berpikir jauh melampaui otak manusia. Inilah yang membuatnya dianggap sebagai “pedang bermata dua”—potensinya luar biasa, tetapi risikonya juga besar.